Sukses

Jurus Pertamina Ambil Peran Jaga Ketahanan Energi Sambil Kejar Nol Emisi Karbon

Terbaru, ada rencana Pertamina untuk merilis produk Pertamax Green 95 yang merupakan campuran BBM Pertamax dengan bioetanol.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) jadi salah satu perusahaan energi yang ikut terlibat aktif dalam menekan tingkat emisi karbon di Indonesia. Aspek keberlanjutan yang peduli lingkungan menjadi satu perhatian penting saat ini bagi perusahaan energi.

Mengingat, ada ambisi pemerintah Indonesia mewujudkan nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) di 2060 mendatang. Perusahaan energi pelat merah seperti Pertamina pun diminta ikut andil mengejar target tersebut.

"Pertamina terus berkomitmen dalam mendukung target pemerintah dalam pencapaian net zero emission. Hal yang dilakukan Pertamina adalah melakukan program dekarbonisasi di seluruh unit bisnis Pertamina Group baik dari sektor Hulu seperti CCU," ujar VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso kepada Liputan6.com, Rabu (5/7/2023).

Lini bisnis Pertamina dari hulu ke hilir disebut memegang prinsip keberlanjutan. Artinya, ada aspek lingkungan dan pengendalian emisi yang jadi perhatian dalam operasionalnya.

Langkah ini dinilai penting sebagai cara untuk mulai beradaptasi di masa-masa transisi dari penggunaan bahan bakar berbasis fosil ke energi baru terbarukan (EBT).

"Kita juga kembangkan gas dan panas bumi sebagai energi bersih sebagai transisi, kemudian di sektor refinery kita juga sedang membangun Kilang yang modern lebih ramah lingkungan (RDMP), di sektor hilir juga kita sudah memiliki produk Biofuel," paparnya.

Pada sisi hilir ada produk campuran solar dengan minyak kelapa sawit yang menjadikannya lebih ramah lingkungan. Terbaru, ada rencana untuk merilis produk Pertamax Green 95 yang merupakan campuran BBM Pertamax dengan bioetanol.

"Pertamina juga terus mengembangkan new green businesses antara lain CCUS, NBS, pengembangan ekosistem EV, dan Hydrogen," beber Djoko.

 

2 dari 4 halaman

Berhasil Tekan Emisi Karbon

Lebih lanjut, Djoko berujar kalau upaya-upaya tadi berhasil mencatatkan kinerja yang cukup baik. Sebut saja, program dekarbonisasi dari grup Pertamina mampu menurunkan 31,06 persen emisi karbon dari batas (baseline) tahun 2010.

"Bahkan, Pertamina memiliki subholding yang khusus mengembangkan New Renewable Energy melalui Pertamina New Renewable Energy (PNRE)," sebutnya.

Mengacu pada tugasnya, Pertamina ternyata memegang peranan penting dalam ekosistem energi dalam negeri. Pertama, perlunya menjaga ketahanan energi nasional ditengah lonjakan kebutuhan. Kedua, perlu juga mengambil peran dalam upaya menekan emisi karbon dari proses bisnis.

"Ada dua concern, pertama adalah bagaimana Pertamina juga terus meningkatkan target produksi dari pemerintah hingga 1 juta barel per day untuk terus mengupayakan ketahanan energi dan kemandirian energi nasional, sehingga bisnis existing masih akan terus kita optimalkan," paparnya.

"Hal kedua adalah bagaimana dari operasi existing yang berjalan bisa kita turunkan emisi dan memulai program green businesess. Sehingga amanah dari pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional bisa kita penuhi, di sisi lain kita juga melaksanakan target dalam mendukung net zero emission," kata Djoko menjelaskan.

 

3 dari 4 halaman

Upaya Kolektif

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) terus berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060. Berbagai inovasi bisnis pun dilakukan guna mewujudkan dekarbonisasi dan mengurangi efek Gas Rumah Kaca (GRK). Hingga akhir tahun 2022, total penurunan emisi mencapai 7,9 juta ton CO2e atau setara 31,06 persen dibandingkan dengan baseline emisi tahun 2010.

Berkaitan dengan itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan bahwa sebagai perusahaan energi di Indonesia, Pertamina harus mampu mengatasi global energy transition dan berbagai tuntutan untuk perubahan dengan menyusun roadmap, agar perusahaan dapat tumbuh berkelanjutan.

"Karena Indonesia masih menggunakan energi fosil, maka seluruh lini bisnis Pertamina bersama-sama menurunkan emisi karbon. 31 persen ini angka yang tidak kecil dan effort dari semua pihak," katanya dalam Media Briefing Pertamina di Jakarta, Selasa (6/6/2023).

"Tahun sebelumnya, target pemerintah 29 persen dan Pertamina telah melampaui target tersebut," imbuh Nicke.

Dirinya juga menjelaskan bahwa sebagaimana tertuang dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Pemerintah Republik Indonesia, pengurangan emisi yang dilakukan merupakan komitmen Pertamina untuk berkontribusi dalam mencapai target Net Zero Emission 2060.

"Kebijakan yang berlaku di Pertamina Group ini dilakukan melalui implementasi dekarbonisasi, akselerasi green business dan green operation, serta pengembangan kapabilitas sumber daya manusia dan organisasi," jelas Nicke.

"Selain itu, penggunaan teknologi hijau dan inovasi digital, pengembangan bisnis pasar karbon dan inovasi model bisnis," tambahnya.

 

4 dari 4 halaman

Bisnis Hijau

Dalam melakukan inisiasi green business, Pertamina melakukannya di berbagai lini usaha dari hulu ke hilr guna mewujudkan program transisi energi dan dekarbonisasi.

Seperti di sektor hulu, Pertamina melakukan pemanfaatan, penyimpanan dan penangkapan karbon (Carbon Capture, Utilization and Storage / CCUS) dan telah berhasil melakukan injeksi perdana CO2 di Lapangan Pertamina EP Jatibarang Field.

Sementara itu, di sektor pengolahan, Pertamina melakukan inovasi dengan memproduksi biofuel dan mengoperasikan Kilang Hijau Cilacap Phase 1 yang mampu menghasilkan Green Diesel sebesar 3.000 barel per hari (bpd).

"Pengenalan produk Green Diesel ini telah diawali dengan ekspor perdana Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) ke Eropa dan lifting perdana untuk kebutuhan domestik," kata Nicke.

Ia juga memaparkan bahwa melalui PT Pertamina Power Indonesia (PPI) selaku subholding power, new and renewable energy, Pertamina mengembangkan energi panas bumi, hidrogen, baterai kendaraan listrik dan Energy Storage System (ESS), serta upaya penambahan kapasitas energi baru terbarukan lainnya.

"Dengan berbagai upaya dekarbonisasi tersebut, Pertamina mampu meningkatkan rating ESG pada tahun 2022 menjadi 22,1 dari sebelumnya 28,1. Dengan rating tersebut, Pertamina berada di urutan ke-2 dunia dalam sub sektor industri oil and gas terintegrasi," papar Nicke.